√ Catatan Sosiologi Teori Dependensi Amerika Latin

Catatan Sosiologi Teori Dependensi Amerika Latin

Catatan Sosiologi Teori Dependensi Amerika Latin

Catatan Sosiologi Tentang Teori Dependensi Amerika Latin

Teori Dependensi Amerika Latin

Dependensi merujuk pada hubungan astimetris dalam formasi sosial yang kemudian diperluas oleh dinamika sosial dan kepentingan yang dihasilkan dalam masyarakat yang dominan.

Teori ini berasal dari pendekatan historikal-struktural oleh Caldoso dan Faletto pada tahun 1969 yang digunakan untuk memahami dunia (Castells dan Laserna, 1989:535). Teori ini muncul didasari fakta lambannya pertumbuhan negara-negara dunia ketiga, seperti Amerika Latin, walupun telah diberikan bantuan modal asing oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Fernando Henrique Caldoso adalah seorang Presiden Brazil yang memperhatikan kerja dari UN’s Commision for Latin America atau ECLA dan posisinya dalam perkembangan ekonomi dan politik dunia (Santos dan Randall, 1998:54).

Dependensi juga merupakan dampak dari tren yang dominan dalam masyarakat, di mana mereka bergantung pada pada struktur sosial yang dibentuk oleh organisasi sosial yang ada. Bentuk-bentuk ketergantungan baru muncul dalam kondisi yang dibentuk oleh bentuk-bentuk tua, sehingga sulit untuk mencapai kebebasan formasi sosial yang berhubungan dengan strategi pembangunan dan politik (Castells dan Laserna, 1989:536). Pada tiga dekade terakhir, sistem kapitalis telah mendominasi. Pada era baru ini, sistem kapitalis telah memperkenalkan kita pada revolusi teknologi, formasi sistem ekonomi internasional, dan proses restrukturisasi dasar sosioekonomi. Amerika Latin sendiri pernah mengalami krisis sosial dan ekonomi yang menyebabkan mereka harus melakukan pemulihan besar-besaran, krisis ini disebabkan oleh masalah utang luar negeri dan kebijakan-kebijakan yang memperparah keadaan terhadap hal tersebut.

Ketika bentuk- bentuk lama ketergantungan lebih dikaitkan dengan keuangan dan penerapan kebijakan dalam arus modal internasional, bentuk-bentuk baru ketergantungan lebih dikaitkan dengan revolusi industri. Di mana revolusi industri telah mendorong terjadinya restrukturisasi sistem produksi. Di sinilah Amerika Latin memulai hubungan dengan negara-negara utara dalam industrialisasi. Ketergantungan finansial semakin diperparah dengan interaksi modal dan korupsi di dalam Amerika Latin sendiri, di sisi lain rezim politik juga berjalan tidak efisien, hal ini menyebabkan negara-negara Amerika Latin sulit untuk menanggapi tantangan teknologi dan ingin melarikan diri dari kelemahan struktural dalam kompetisi internasional (Castells dan Laserna, 1989:537). Sementara dalam proses restrukturisasi mereka harus menghadapi kondisi sistem ekonomi internasional yang semakin mengintegrasikan negara-negara dunia.

Pada masa ekspansi sistem kapitalis ke dunia, Amerika Latin telah melihat bahwa keadaan ekonominya memburuk dalam ekonomi internasional. Amerika Latin kehilangan daya saing, peran eksternal telah dikembangkan dengan fkous perdagangan pada Amerika Utara untuk restrukturisasi ekonomi sehingga muncullah bentuk ketergantungan baru, terutama terhadap OECD atau Organization for Economy Cooperation and Development (Castells dan Laserna, 1989:538). Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan menurunnya Amerika Latin dalam ekonomi dunia. Pertama, transformasi struktur perdagangan dunia, di mana bahan-bahan baku dan komoditas pertanian mulai menurun sementara barang-barang manufaktur semakin meningkat. Hal ini sangat tidak menguntungkan Amerika Latin karena mereka sangat lemah dalam pengolahan barang manufaktur sementara komoditas alamnya justru melimpah. Jadi elemen yang penting dalam transformasi ini adalah adanya revolusi teknologi yang mengambil alih pengolahan bahan baku dan komoditas pertanian (Castells dan Laserna, 1989:538). Dengan membatasi belanja publik untuk mengekang inflasi, Amerika Latin semakin mempersempit pasar internalnya dan semakin membuka pasar ekspornya untuk menangani kekurangan investasi dan permintaan.

Namun pada kenyataannya Amerika Latin belum mampu bersaing dalam ekonomi internasional karena memiliki kinerja sektor teknologi yang lemah padahal di era globalisasi, teknologi menjadi alat utama pendorong industrialisasi (Castells dan Laserna, 1989:539). Inilah yang menjadi faktor kedua menurunnya ekonomi Amerika Latin. Mereka juga tidak cukup mampu untuk mengimpor teknologi karena ekspor mereka tidak mencukupi untuk pertukaran tersebut. oleh karena itu Amerika Latin pada akhirnya mengambil jalan keluar dengan mengombinasikan kebijakan impor dan penggunaan teknologi endogen. Oleh karena keadaan inilah pada akhirnya Amerika Latin disetir oleh kepentingan Amerika Serikat untuk menukar teknologinya dengan penetrasi pasar (Castells dan Laserna, 1989:542). Hal ini dikarenakan pula oleh ketertarikan Amerika Serikat terhadap komoditas alam Amerika Latin yang tidak bisa didapatkan dalam negaranya sendiri. Oleh karena itu mereka memanfaatkan kondisi ini untuk memajukan perekonomian mereka sendiri dengan dalil membantu Amerika Latin lewat perusahaan multinasional yang beroperasi di negara-negara Amerika Latin. Di sini pasar keuangan dan lembaga-lembaga ekonomi Amerika Serikat mulai masuk dan mendominasi dalam arus modal Amerika Latin.

Restrukturisasi yang dilakukan setiap negara Amerika Latin tidak semua membawa hasil yang baik, hal ini dikondisikan oleh posisi relatif dalam negara untuk pembagian kerja yang merupakan produk dari situasi sosial yang terjadi sebelum munculnya ketergantungan. Dalam hal ini, Bolivia merupakan salah satu negara yang berusaha untuk melepas dari ketergantungan tersebut. Bolivia yang memiliki cadangan gas bumi cukup besar, mulai bangkit pada masa Presiden Evo Moralez yang melakukan nasionalisasi aset migas dengan mengambil alih 51% sharing migas dan menegosiasi ulang mengenai kontrak kerjasama migas dengan negara lain serta menaikkan keuntungan negara menjadi 54% dari total pendapatan (Isnaeni dan Kurniawati, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa teori dependensi adalah teori yang muncul dari sejarah Amerika Latin, di mana ketergantungan ini menyerang sektor ekonomi yang lemah akibat kurangnya pengetahuan dan kinerja teknologi. Dari ketergantungan sektor ekonomi inilah kemudian sektor-sektor seperti sosial dan politik juga ikut disetir oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Menurut penulis, revolusi teknologi telah mengintegrasikan negara dunia dalam satu sistem terpadu di bawah ekonomi internasional. Namun teknologi juga telah membawa kelebihan dan kekurangan terhadap integrasi tersebut. Negara-negara yang mampu memperbaiki teknologinya akan menjadi pilot, sementara yang tertinggal akan menjadi penumpang yang hanya bisa mengikuti arah pilot mengemudikan pesawatnya.

Sumber Referensi

Castells, Manuel dan Laserna, Roberto. 1989. “The New Dependency: Technological Change and Socioeconomic Restructuring in Latin America” dalam Sociological Forum, Vol. 4, No. 4, Special Issue: Comparative National Development:Theory and Facts for the 1990s, pp. 535-560. Published by: Springer.

Isnaeni, Debby R. & Kurniawati, Sandra. 2011. Penerapan Teori Dependensi di Amerika Latin. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Santos, Theotonio dan Randall, Laura. 1998. “The Theoretical Foundations of the Cardoso Government: A New Stage of the Dependency-Theory Debate” dalam Latin American Perspectives, Vol. 25, No. 1, The Brazilian Left and Neoliberalism, pp. 53-70. Published by: Sage Publications, Inc.

Berlangganan Artikel Gratis :